Jakarta, 28 Januari 2021 – Dengan lebih dari US$110 triliun dana kelolaan saat ini, industri Asset and Wealth and Management (AWM) memiliki kekuatan yang tidak tertandingi di masa depan. Dengan dana kelolaan global yang diproyeksikan tumbuh hingga 5,6% per tahun menjadi US$147,4 triliun pada tahun 2025, industri ini dapat membentuk masa depan yang lebih baik bagi investor, pemegang saham, perekonomian maupun masyarakat luas. Hal itu dipaparkan dalam laporan global baru PwC, Asset and Wealth Management Revolution: The Power to Shape the Future, yang diterbitkan hari ini berdasarkan data, analisis, dan wawasan ahli serta pemodelan ekonometrik dari Pusat Riset PwC Asset and Wealth Management (AWM).
Laporan tersebut berfokus pada sejumlah temuan utama dan area-area yang perlu ditangani oleh industri manajemen aset dan kekayaan, yang sangat penting untuk membantu ekonomi global. Perusahaan-perusahaan di bidang manajemen aset dan kekayaan dapat:
Perbaikan, penataan ulang, dan pelaporan adalah area-area utama yang perlu ditangani industri AWM seiring dengan upaya untuk merumuskan ulang strateginya agar siap untuk masa depan.
Olwyn Alexander, Global Asset & Wealth Management Leader PwC, berkomentar, “Perusahaan-perusahaan di bidang Asset and Wealth Management (AWM) dapat menyalurkan modal dan menargetkan peluang investasi untuk mengangkat banyak negara keluar dari resesi. Penting untuk memahami kekuatan yang dimiliki industri ini dalam mempengaruhi masa depan yang lebih baik bagi semua orang; investor, pemegang saham, dan perekonomian secara keseluruhan. Dunia yang kita wariskan kepada generasi mendatang itu penting. Industri ini dapat bertindak sekarang untuk mewujudkan perubahan yang menguntungkan.
“Meskipun imbal hasil finansial akan selalu penting, semakin banyak investor yang memutuskan bahwa imbal hasil sosial sama pentingnya. Kami melihat bahwa perusahaan AWM yang dapat memberikan hasil yang menonjol, baik di bidang sosial maupun keuangan, akan menjadi pemenang selama dekade mendatang - menjadi magnet untuk investasi dan mampu mempertahankan imbal hasil yang lebih besar bagi pemegang saham maupun mitra.”
Menurut laporan tersebut, industri ini dapat menjadi mesin pemulihan yang kuat dalam menghadapi ketidakpastian dan pergolakan. Mendanai masa depan, menyiapkan masa depan, dan merangkul hal-hal terkait ESG sangat penting untuk mencapai itu.
Lucy Suhenda, Financial Services Partner PwC Indonesia, menambahkan, “Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat pertumbuhan jumlah investor di pasar modal Indonesia sebesar 118% dari 1,6 juta investor pada Desember 2018 menjadi 3,5 juta investor pada November 2020, yang didorong oleh meningkatnya investor milenial dan segmen mass affluent. Dengan trend positif dan juga dampak langsung dari Omnibus law, AWM di Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk terus berkembang. Untuk membuka peluang ini, pelaku AWM dan lembaga keuangan perlu melakukan digitalisasi - tidak hanya untuk mendapatkan efisiensi dan peningkatan produktivitas, tetapi juga untuk memenangkan “perang” terhadap customer experience dan pertumbuhan pelanggan, mulai dari strategi hingga eksekusi. Edukasi pelanggan dan pengembangan produk juga harus menjadi bagian dari strategi ini.”
Mendanai masa depan: Perusahaan AWM dapat mencapai pengembalian dana yang lebih besar sebagai penyedia modal alternatif
Dengan nilai sebesar US$41 triliun, pinjaman non bank sekarang melebihi pinjaman bank di negara-negara maju. Selain itu, suku bunga rendah yang terus diberikan oleh pinjaman non bank, ditambah dengan rasio kecukupan modal yang lebih tinggi, akan menambah dorongan pada perbankan dan kemampuannya untuk memberikan pinjaman. Hal ini menciptakan peluang bagi lembaga pengelola dana pasar swasta untuk membantu mendanai bisnis yang mempunyai potensi pertumbuhan yang kuat tetapi kesulitan untuk mengakses pendanaan konvensional.
Menyiapkan untuk masa depan:
Khususnya dalam tabungan pensiun, lembaga pengelola dana pensiun sekarang mengelola lebih dari $50 triliun aset pensiun, dan kami memperkirakan bahwa angka ini akan bertumbuh menjadi hampir $65 triliun pada tahun 2025. Menyiapkan untuk masa depan adalah sisi lain dari potensi industri AWM untuk mendanai masa depan - semakin banyak kekayaan yang dapat kita hasilkan, maka semakin banyak dana yang dapat kita tabung dan semakin banyak pula dana yang akan tersedia untuk diinvestasikan. Selain itu, seiring bertambah panjangnya harapan hidup masyarakat saat ini, industri AWM dapat membantu menyelesaikan masalah kesenjangan dana pensiun dan angka kemiskinan pensiunan yang semakin meningkat. Menyimpan uang tunai di deposito tidak lagi dapat diharapkan di dunia yang marak dengan suku bunga sangat rendah dan imbal hasil pendapatan yang tetap, yang memaksa penabung untuk mencari opsi yang lebih menguntungkan dan menarik.
Beberapa peluang lainnya bagi perusahaan AWM untuk menyiapkan masa depan adalah mengisi celah yang terus meningkat dalam investasi infrastruktur yang tersedia, terutama dari pemerintah. Di pasar negara maju, ada banyak peluang untuk memperbarui jalan, bandara, rumah sakit, dan peluang serupa lainnya sambil mempercepat pembangunan di berbagai bidang seperti 5G dan energi terbarukan. Oleh sebab itu, kami memperkirakan bahwa dana kelolaan lembaga pengelola dana infrastruktur akan berlipat ganda pada tahun 2025.
Merangkul ESG sebagai masa depan: Lembaga pengelola dana yang peka dengan isu-isu ESG telah mengungguli lembaga pengelola dana konvensional secara kumulatif
Semakin banyak investor yang menempatkan profil lingkungan dan sosial dari perusahaan-perusahaan AWM menjadi setara dengan keuntungan finansial, serta mengharapkan agar perusahaan-perusahaan AWM menjadikan permasalahan ESG sebagai bagian integral dari strategi investasinya. Perubahan ini telah membawa dampak revolusioner pada desain produk, alokasi dana, dan tujuan kinerja.
Analisis PwC menunjukkan bahwa lembaga pengelola dana yang peka dengan isu-isu ESG mengungguli lembaga pengelola dana konvensional secara kumulatif sebesar 9% dari tahun 2010 hingga 2019. Penelitian juga menunjukkan bahwa perusahaan yang mendukung keberagaman, dimana lebih dari 30% pemimpinnya adalah wanita, rata-rata meraup laba 15% lebih besar daripada perusahaan dengan tingkat keberagaman yang lebih rendah, dan bisnis yang mendapat skor tinggi dalam hal sustainability cenderung unggul.
Perusahaan yang hanya memperbaiki teknologi ala kadarnya atau hanya mencoba mengikuti tren permintaan investor akan isu ESG, tidak akan kuat untuk bertahan dan berkembang dalam industri dimana sudah banyak pelopor lainnya yang berkomitmen tinggi dalam menerapkan ESG dan memanfaatkan peluang yang ada.
Catatan kepada editor
Perbaikan, penataan ulang, dan pelaporan: Area-area utama untuk ditangani oleh industri AWM global
Pergolakan operasional dan gejolak pasar pada tahun lalu telah menunjukan beberapa kelemahan bagi perusahaan AWM, seperti inefisiensi biaya dan kurangnya keterlibatan digital dan pelaporan yang bersifat real-time. Tahap pertama adalah memikirkan kembali strategi dan kemudian memperbaiki dan menata ulang untuk memperbaiki masalah ini, diikuti dengan pelaporan untuk membangun kepercayaan. Laporan tersebut menetapkan beberapa area spesifik tentang bagaimana industri ini dapat mempercepat perubahan yang diperlukan. Beberapa dari area tersebut dirinci di bawah ini:
Memperbaiki apa yang tidak berhasil saat ini - Berupaya mengembalikan bisnis ke kondisi awal yang kompetitif:
Penataan ulang untuk melangkah maju - Menyelaraskan bisnis dengan filosofi investasi:
Pelaporan - Untuk membangun kembali kepercayaan dalam bisnis dan industri:
Keterlibatan dengan masyarakat, regulator, klien, dan pemangku kepentingan: Semua yang dicapai dalam hal pemikiran ulang, perbaikan, dan penataan ulang dapat diperkuat dengan pelaporan. Tidak hanya melaporkan peluang untuk memperkuat keterlibatan dan kepercayaan dengan klien, pemegang saham, dan bahkan entitas pemerintah, ini juga merupakan peluang untuk menetapkan standar di pasar.
Tentang laporan ini
Laporan global baru PwC, Asset and Wealth Management Revolution: Shaping the future, memaparkan peluang dan tantangan di masa depan untuk industri manajemen aset dan kekayaan. Laporan ini memanfaatkan data, analisis, dan wawasan ahli serta pemodelan ekonometrik oleh Pusat Riset Asset and Wealth Management (AWM) PwC.
Tentang PwC Indonesia
PwC Indonesia terdiri dari KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan, PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory, PT Prima Wahana Caraka, PT PricewaterhouseCoopers Consulting Indonesia, dan Melli Darsa & Co., Advocates & Legal Consultants, masing-masing sebagai entitas hukum dan firma anggota yang terpisah dari jaringan global PwC.
Di PwC, kami bertujuan membangun kepercayaan dalam masyarakat dan memecahkan masalah-masalah penting. Kami adalah jaringan firma yang terdapat di 155 negara dengan lebih dari 284.000 orang yang berkomitmen untuk memberikan jasa assurance, advisory dan pajak yang berkualitas. Temukan lebih banyak informasi dan sampaikan hal-hal yang berarti bagi Anda dengan mengunjungi situs kami di www.pwc.com.
PwC merujuk pada jaringan PwC dan/atau satu atau lebih firma anggotanya, masing-masing sebagai entitas hukum yang terpisah. Kunjungi www.pwc.com/structure untuk informasi lebih lanjut.
© PwC 2021. Hak cipta dilindungi undang-undang.