Peningkatan produktivitas melalui pengembangan keterampilan baru, beri keunggulan kompetitif bagi jasa keuangan.

  • Pemanfaatan pekerja lepas (gig-based employees) diperkirakan meningkat yang semula adalah 5% dari angkatan kerja menjadi lebih dari 15% dalam lima tahun ke depan, dan akan membawa serangkaian keahlian khusus ke dalam industri
  • Sebanyak 80% perusahaan menggunakan alat-alat digital untuk mendukung peningkatan keterampilan karyawannya - mendorong peningkatan produktivitas hingga 90%
  • Lembaga keuangan menghabiskan hingga 30% dari anggaran tahunan untuk program perubahan - tetapi tidak menuai hasilnya

22 Maret 2021 – Lembaga keuangan menghabiskan banyak waktu dan upaya untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya, menurut survei The Productivity Agenda 2021 yang dibuat oleh PwC.

Ini merupakan riset produktivitas kedua dari PwC dan dilakukan selama bulan Juni 2020. Hasilnya mencerminkan dinamika kehidupan melewati pandemi COVID-19 dan prioritas yang diberikan bisnis jasa keuangan untuk meningkatkan produktivitas karyawannya agar model bisnisnya siap menghadapi masa depan. 72% dari responden yang disurvei berencana untuk menerapkan langkah-langkah produktivitas khusus tambahan, dibandingkan dengan 53% pada 2018, sementara 14% di antaranya menghentikan upayanya untuk sementara waktu karena pandemi COVID-19.

Digitalisasi adalah alat penting bagi lembaga keuangan untuk membantu mendorong produktivitas. Sebagian besar organisasi telah menerapkan digitalisasi sampai tingkat tertentu dan menuai hasil dari peningkatan produktivitas tetapi masih banyak lagi yang dapat dilakukan. Perusahaan membutuhkan kemampuan baru karena solusi-solusi teknologi semakin melibatkan kolaborasi dengan pihak ketiga. Pekerja tidak hanya membutuhkan keterampilan teknis tetapi juga pelatihan dalam keterampilan nonteknis yang baru, seperti proses yang lebih cepat (agile) dan teknik kolaborasi tingkat lanjut.

Marina R. Tusin, PwC Indonesia Consulting Leader mengatakan, “Dampak COVID-19 telah memberi tekanan pada biaya dan produktivitas bagi banyak organisasi. Keadaan new normal ini mempercepat kebutuhan transformasi digital dan menciptakan tantangan keterampilan. Automasi, Kecerdasan Buatan (AI), dan teknologi baru lainnya dapat menghasilkan produktivitas. Namun manfaat baik dari suatu teknologi bergantung pada para pemimpin yang mampu mengenali peluang dari teknologi tersebut, ahli teknologi yang menghadirkannya, dan orang-orang yang bekerja dengan teknologi tersebut setiap hari. Di situlah perusahaan harus dapat mengenali perannya di masa depan: perpaduan yang tepat antara orang-orang terampil dan mudah beradaptasi, selaras dengan budaya yang tepat dan dengan pola pikir serta perilaku yang benar untuk dapat membantu memajukan bisnisnya.”

Lima puluh persen responden survei memanfaatkan solusi urun daya (crowd-source) - termasuk merekrut lebih banyak pekerja dari sistem ketenagakerjaan lepas (gig economy) agar dapat mengakses serangkaian keahlian khusus - 27% perusahaan menghabiskan lebih dari 20% biaya operasionalnya untuk program perubahan. Tiga perempat (77%) organisasi juga mengukur produktivitas pekerja.

Penggunaan platform crowd-sourced dan pekerja lepas (gig workers) memberikan nilai yang tinggi oleh 80% lembaga yang menjalankan aktivitas ini. Angka ini meningkat secara signifikan sejak survei yang dilakukan pada tahun 2018, di mana hanya 39% yang meyakini bahwa aktivitas tersebut memberi nilai tambah. PwC berpendapat bahwa pemanfaatan pekerja lepas akan meningkat secara signifikan dalam 3-5 tahun ke depan. Pekerja lepas saat ini hanya berjumlah 5% dari karyawan, dibandingkan dengan 70% karyawan tetap, 32% paruh waktu, dan 9% kontraktor.

Dari organisasi yang menerapkan program perubahan, 60% berinvestasi dalam pelatihan khusus untuk karyawannya dan 51% telah menunjuk mentor karier, untuk menumbuhkan dan mempertahankan karyawan. Selain itu, hampir 80% perusahaan yang disurvei menggunakan alat tambahan untuk mendukung produktivitas karyawannya melalui AI (54%), Deep Learning (40%), dan Automasi Proses Robotik (37%), sehingga lebih dari 90% perusahaan melaporkan keberhasilan. Alat-alat digital telah berhasil memberdayakan tenaga kerja internal di lembaga keuangan, di mana 90% responden menyatakan bahwa menggunakan alat-alat tersebut telah meningkatkan produktivitas.

Prospek pemanfaatan gig economy yang lebih besar sangat signifikan, di mana separuh dari organisasi yang disurvei menyatakan harapannya untuk meningkatkan proporsi pekerja lepas dalam 3-5 tahun ke depan, dibandingkan dengan mempekerjakan karyawan tetap. Meskipun ketersediaan tenaga kerja semakin besar, sebagian besar lembaga masih banyak mengandalkan karyawan tetap dan paruh waktu. Di antara responden, karyawan kontraktor hanya membentuk 9% dari angkatan kerja, dan tenaga kerja lepas (gig economy talent) hanya 5%.

PwC meyakini bahwa tenaga kerja lepas kemungkinan besar akan melakukan 15% hingga 20% dari pekerjaan yang biasa dilakukan dalam lima tahun, didorong oleh tekanan biaya yang terus-menerus dan kebutuhan untuk mengakses tenaga kerja yang terampil secara digital. Hal ini, dikombinasikan dengan investasi dalam keterampilan nonteknis (soft skills) dan keahlian digital dari lebih banyak karyawan tetap, adalah kunci untuk merealisasikan keuntungan dari produktivitas di masa depan.

John Garvey, Global Financial Services Leader PwC, PwC AS, berkomentar:
“Tantangan dalam hal menjaga agar orang tetap termotivasi dan produktif menjadi lebih relevan tahun ini daripada sebelumnya, di mana hampir tiga perempat lembaga keuangan berencana untuk menerapkan langkah-langkah produktivitas tambahan sebagai akibat COVID-19. Kami sangat percaya bahwa peningkatan keterampilan, melalui pelatihan dan pendampingan, adalah kunci untuk meningkatkan produktivitas, seperti halnya alih daya ke gig economy.”

Selain itu, menurut Marina, “Upskilling dan reskilling adalah investasi jangka panjang bagi perusahaan dan respons yang tidak dapat ditawar terhadap kemajuan teknologi yang sedang berlangsung. Organisasi harus terus mengakui investasi sumber daya manusia sebagai aset dan mengambil peran aktif dalam mendukung tenaga kerjanya melalui proses upskilling dan reskilling karyawannya. Dalam jangka pendek, reskilling akan diperlukan agar karyawan dapat menjalankan peran baru yang tercipta akibat krisis COVID-19. Dalam jangka panjang, upskilling akan meningkatkan produktivitas karyawan seiring dengan kemajuan transformasi digital dan semakin banyak orang yang mendapati diri mereka bekerja berdampingan dengan mesin.”

 

Catatan untuk editor
Productivity 2021 and beyond: Upskilling the workforce of the future to create a competitive advantage in financial services melakukan survei atas 502 pejabat senior eksekutif dalam industri Jasa Keuangan di 15 negara. Lebih dari 60% respons diterima dari para pemimpin C-suite.

1. Dalam laporan tersebut, pekerja lepas (gig workers) didefinisikan sebagai pekerja yang bukan karyawan penuh waktu yang direkrut untuk proyek dan keterampilan tertentu untuk melakukan suatu fungsi atau penugasan dan tidak terikat kontrak eksklusif dengan pemberi kerja mana pun. Mereka mungkin mengerjakan banyak proyek untuk perusahaan yang berbeda, tanpa periode waktu yang ditentukan. Kontraktor juga merupakan karyawan tidak tetap yang termasuk dalam daftar gaji. Namun mereka umumnya bekerja secara eksklusif untuk pemberi kerja dan selama jangka waktu tertentu, bukan per proyek.

Tentang PwC Indonesia
PwC Indonesia terdiri dari KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan, PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory, PT Prima Wahana Caraka, PT PricewaterhouseCoopers Consulting Indonesia, dan Melli Darsa & Co., Advocates & Legal Consultants, masing-masing sebagai entitas hukum dan firma anggota yang terpisah dari jaringan global PwC.

Tentang PwC
Di PwC, kami bertujuan membangun kepercayaan dalam masyarakat dan memecahkan masalah-masalah penting. Kami adalah jaringan firma yang terdapat di 155 negara dengan lebih dari 284.000 orang yang berkomitmen untuk memberikan jasa assurance, advisory dan pajak yang berkualitas. Temukan lebih banyak informasi dan sampaikan hal-hal yang berarti bagi Anda dengan mengunjungi situs kami di www.pwc.com.
PwC merujuk pada jaringan PwC dan/atau satu atau lebih firma anggotanya, masing-masing sebagai entitas hukum yang terpisah. Kunjungi www.pwc.com/structure untuk informasi lebih lanjut.

© PwC 2021. Hak cipta dilindungi undang-undang.

Contact us

Cika Andy

External Communications, PwC Indonesia

Tel: +62 21 509 92901

Follow PwC Indonesia