M&A mencapai rekor tertinggi pada 2021 dan momentum transaksi kesepakatan akan berlanjut di tahun 2022: Analisis PwC

  • Nilai dan volume transaksi kesepakatan global memecahkan rekor masing-masing dengan kenaikan 57% dan 24% dari tahun 2020 hingga 2021.
  • Ekuitas swasta/private equity (PE) menutup tahun 2021 dengan rekor “dry powder” US$2,3 triliun, 14% lebih tinggi daripada awal tahun – didorong oleh penggalangan dana yang mencapai rekor, dan menyoroti bahwa akan ada lebih banyak modal untuk M&A pada tahun 2022.
  • Tinjauan portofolio memicu gelombang divestasi di seluruh industri seiring corporate dealmakers berupaya melakukan reinvestasi dan mengoptimalkan asetnya untuk pertumbuhan.
  • Hambatan ekonomi makro dan peraturan yang semakin besar dapat meredam aktivitas dealmaking di tahun mendatang.

Jakarta, 22 Apr 2022 – Setelah mencatatkan pertumbuhan tak tertandingi dalam hal nilai dan volume transaksi kesepakatan pada 2021, pipeline transaksi kesepakatan yang kuat, ketersediaan modal yang melimpah, dan berlanjutnya permintaan yang kuat akan aset-aset digital dan berwawasan data, proyeksi untuk M&A mengarah pada indikasi bahwa 2022 kembali akan menjadi tahun yang bertenaga, menurut laporan Global M&A Industry Trends 2022 PwC.

Analisis tersebut menelaah aktivitas transaksi kesepakatan global saat ini dan menggabungkan wawasan dari spesialis industri transaksi PwC untuk mengidentifikasi tren-tren utama yang mendorong volume M&A dan multiplikasi nilai (valuation multiples).

Tahun 2021 menjadi tahun rekor bagi M&A baik dalam hal volume dan nilai – pencapaian yang sangat jauh meningkat. Jumlah transaksi kesepakatan yang diumumkan melebihi 62.000 secara global pada tahun 2021, naik 24% dari level tahun 2020 – yang belum pernah terjadi sebelumnya. Nilai transaksi kesepakatan yang diungkapkan secara publik mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar US$5,1 triliun – termasuk 130 transaksi jumbo (megadeal) dengan nilai transaksi kesepakatan sebesar US$5 miliar atau lebih – melonjak 57% lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 dan memecahkan rekor sebelumnya sebesar US$4,2 triliun yang dicapai pada tahun 2007.

Brian Levy, Global Deals Industries Leader, Partner, PwC AS, mengatakan: “Setelah tahun rekor untuk M&A, semua orang bertanya apa selanjutnya? Aktivitas dealmaking kemungkinan akan tetap kokoh pada tahun 2022, dengan persaingan yang ketat di antara perusahaan, ekuitas swasta (PE) dan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC), tetapi ada kemungkinan bahwa yang teratas bisa terdepak keluar dari pasar, mengingat peningkatan hambatan ekonomi makro dan peraturan.”

Meskipun optimisme tetap tinggi bahwa tahun 2022 akan menjadi tahun yang kuat, hambatan-hambatan berupa suku bunga yang lebih tinggi, kenaikan inflasi, kenaikan pajak, dan pengetatan peraturan dapat menciptakan rintangan struktural atau keuangan untuk menyelesaikan transaksi-transaksi kesepakatan pada tahun 2022. Kita sudah melihat fluktuasi yang lebih besar di pasar keuangan, disrupsi lebih lanjut di rantai pasokan global, dan kenaikan tingkat utang fiskal, seiring terus berlanjutnya gelombang kejut pandemi secara global. Seperti yang telah kita pelajari dari pandemi, para dealmaker harus tetap waspada terhadap bagaimana percepatan laju perubahan baru dapat memicu faktor-faktor ini – atau faktor-faktor lain – untuk muncul lebih awal dan dengan dampak yang lebih besar.

Ekuitas swasta unjuk gigi dengan penggalangan dananya dan meningkatkan pangsa pasarnya dalam aktivitas transaksi kesepakatan

Ekuitas swasta (PE) terus meraup transaksi kesepakatan yang lebih banyak dan lebih besar. Hampir 40% transaksi pada tahun 2021 melibatkan lembaga pengelola PE, naik dari hanya seperempat selama lima tahun terakhir, dan perusahaan PE melakukan transaksi kesepakatan yang lebih besar, membentuk 45% dari total nilai transaksi kesepakatan pada tahun 2021, dibandingkan dengan 30% dalam lima tahun terakhir. Memasuki tahun 2022, PE telah meningkatkan kapasitas transaksi kesepakatannya, mengumpulkan modal “dry powder” hingga mencapai rekor. Modal PE secara global menutup tahun 2021 dengan raihan sebesar US$2,3 triliun, 14% lebih tinggi dari awal tahun 2021 – memberi daya dorong yang besar untuk aktivitas M&A pada 2022. Meskipun pendanaan melimpah, akan ada tekanan yang semakin besar pada PE untuk menemukan cara penciptaan nilai di tengah kenaikan suku bunga, multiplikasi yang lebih tinggi, dan tekanan ESG.

Kami memperkirakan bahwa perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC) akan terus memainkan peran penting pada tahun 2022 setelah kebangkitan IPO SPAC pada akhir tahun 2021 yang menambah ketersediaan modal untuk M&A. Dengan hampir 500 SPAC yang belum mengumumkan merger, jangka waktu yang pendek (biasanya dua tahun) di mana SPAC perlu menyelesaikan transaksi kesepakatan akan mengharuskan SPAC bersaing dengan PE dan para corporate dealmakers untuk mencapai target pada 2022 dan 2023.

Persaingan sengit di antara perusahaan, PE, dan SPAC ini akan menjaga multiplikasi nilai aset yang dicari tetap tinggi, sehingga adanya rencana yang kuat untuk penciptaan nilai M&A menjadi lebih penting daripada sebelumnya.

Tinjauan portofolio mendorong aktivitas divestasi dan akuisisi di seluruh industri

Di sisi korporat, kami memperkirakan bahwa pergeseran strategis ke model bisnis digital, inovatif, dan baru yang disruptif akan terus mendorong pengambilan keputusan M&A. Dengan kondisi pasar yang menuntut pola pikir penciptaan nilai yang lebih besar di seluruh jajaran direksi secara global, para CEO kemungkinan juga akan fokus pada divestasi, sambil menyeimbangkan kembali portofolionya demi pertumbuhan dan profitabilitas jangka panjang. Faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) juga akan semakin memengaruhi strategi M&A di sepanjang tahun 2022.

Michael Goenawan, Advisory Leader dari PwC Indonesia, menambahkan: “Di Indonesia, ada juga daya tarik yang signifikan dari investasi terkait start-up yang dipimpin oleh investor modal ventura/venture capital (VC) dan PE. Peningkatan investasi oleh VC dan PE di start-up di Indonesia juga telah mendorong volume kesepakatan karena PE memfokuskan dana pertumbuhan mereka untuk berinvestasi di sektor ini. Ini benar-benar menguntungkan sektor start-up dan telah menyebabkan start-up menguangkan mencari peluang anorganik pasca penggalangan dana perusahaan e-logistik terkemuka. Sektor startup tertentu yang telah melihat investasi signifikan adalah fintech dan e-commerce yang mengarahkan mereka ke akuisisi bank-bank kecil untuk tujuan perbankan digital. Pengamatan serupa juga terjadi pada aktivitas pasar modal dengan sedikitnya IPO yang signifikan di pasar. Tren M&A yang positif terus berlanjut di awal 2022 dan diperkirakan akan terus kuat di masa mendatang.”

Tren-tren berikut sedang terjadi di semua industri utama:

  • Pasar konsumen: Preferensi konsumen akan terus berfungsi sebagai katalis untuk aktivitas M&A pada tahun 2022 seiring perusahaan dan PE menyusun ulang portofolionya untuk memanfaatkan tren seperti “konsumerisme sadar lingkungan” yang menciptakan permintaan akan produk dan layanan baru dan model bisnis yang sama sekali baru.
  • Energi, utilitas, dan sumber daya (EU&R): ESG mendorong strategi di seluruh industri. M&A akan digunakan untuk menyeimbangkan kembali portofolio dan mengejar peluang penciptaan nilai di bidang pertumbuhan ESG seperti energi terbarukan, penangkapan karbon, penyimpanan baterai, hidrogen, infrastruktur transmisi, dan teknologi bersih lainnya.
  • Jasa keuangan: Persaingan untuk keunggulan pasar strategis terus mendorong M&A, di mana aktivitas tersebut dipimpin oleh transaksi-transaksi kesepakatan untuk teknologi dan inovasi. Pengoptimalan portofolio yang berkelanjutan diperkirakan akan mengarah pada aktivitas divestasi bersama dengan transaksi-transaksi kesepakatan yang didorong oleh kemampuan, seiring perusahaan berusaha untuk memanfaatkan teknologi dan mendorong efisiensi. Aset-aset yang terpaksa dijual di sektor perbankan dan asuransi dapat menghasilkan gelombang transaksi.
  • Industri kesehatan: Perusahaan farmasi berusaha mengoptimalkan portofolionya untuk mencapai pertumbuhan melalui transaksi-transaksi kesepakatan yang menyediakan akses ke teknologi baru seperti mRNA dan terapi sel dan gen. Di bidang layanan perawatan kesehatan, platform perawatan khusus, telehealth, teknologi kesehatan dan perusahaan data dan analisis semakin menarik minat investor.
  • Manufaktur industri dan otomotif: Tinjauan portofolio strategis dan ESG mendorong aktivitas M&A – khususnya transaksi kesepakatan yang mempercepat transformasi digital seperti kendaraan listrik dan otonom, baterai dan teknologi pengisian daya, manufaktur aditif, material generasi berikutnya, dan produksi dengan sumber-sumber energi non fosil.
  • Teknologi, media, dan telekomunikasi: Seiring industri tradisional menghadapi disrupsi tingkat tinggi dan teknologi inovatif menerobos masuk ke arus utama lebih cepat dari yang diperkirakan, sektor teknologi akan terus menyaksikan level aktivitas dan nilai transaksi kesepakatan yang tak tertandingi karena perusahaan dari semua industri berusaha untuk mendapatkan teknologi atau kemampuan digital kunci.

Brian Levy menambahkan: “Aktivitas M&A pada tahun 2021 sebagian besar didorong oleh permintaan yang kuat akan aset-aset digital dan berwawasan data, dan kami yakin adaptasi teknologi masih akan menjadi tekanan yang konsisten di semua industri pada tahun 2022. Perusahaan-perusahaan juga akan berusaha untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya dan berinvestasi kembali menggunakan divestasi bisnis-bisnis yang tidak menghasilkan. Pada saat yang sama, para dealmaker harus memperhatikan faktor-faktor yang berpotensi mengganggu transaksi kesepakatan seperti volatilitas pasar keuangan dan hambatan ekonomi makro. Kebutuhan untuk memiliki rencana yang kuat untuk penciptaan nilai M&A akan menjadi sangat penting tahun ini.”

 

Catatan untuk editor
Tren Industri M&A Global PwC adalah analisis setengah tahunan dari aktivitas transaksi global di enam industri — pasar konsumen (CM); energi, utilitas, dan sumber daya (EU&R); jasa keuangan (FS); industri kesehatan (HI), manufaktur industri dan otomotif (IM&A); dan teknologi, media, dan telekomunikasi (TMT).

Tentang PwC Indonesia
PwC Indonesia terdiri dari KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan, PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory, PT Prima Wahana Caraka, PT PricewaterhouseCoopers Consulting Indonesia, dan Melli Darsa & Co., Advocates & Legal Consultants, masing-masing sebagai entitas hukum dan firma anggota yang terpisah, dan semuanya secara bersama-sama membentuk firma anggota Indonesia dari jaringan global PwC, yang secara bersama-sama disebut sebagai PwC Indonesia.

Tentang PwC
Di PwC, kami bertujuan membangun kepercayaan dalam masyarakat dan memecahkan masalah-masalah penting. Kami adalah jaringan firma yang terdapat di 156 negara dengan lebih dari 295.000 orang yang berkomitmen untuk memberikan jasa assurance, advisory dan pajak yang berkualitas. Temukan lebih banyak informasi dan sampaikan hal-hal yang berarti bagi Anda dengan mengunjungi situs kami di www.pwc.com.

PwC merujuk pada jaringan PwC dan/atau satu atau lebih firma anggotanya, masing-masing sebagai entitas hukum yang terpisah. Kunjungi www.pwc.com/structure untuk informasi lebih lanjut.

© PwC 2021. Hak cipta dilindungi undang-undang.

 

Contact us

Cika Andy

External Communications, PwC Indonesia

Tel: +62 21 509 92901

Follow PwC Indonesia