PwC Indonesia luncurkan Automotive Supplier Survey 2021/2022

Ekspektasi dan tantangan untuk pengembangan industri di masa depan

  • Di tahun 2021, terjadi rebound yang kuat di industri otomotif Indonesia yang didukung oleh kebijakan pemerintah. Penjualan mobil tahun 2021 meningkat lebih dari 300 ribu unit dibandingkan tahun 2020 sehingga memberikan kontribusi positif bagi industri suku cadang dan komponen
  • 85% dari responden optimis atau sangat optimis tentang masa depan industri
  • Industri suku cadang dan komponen merupakan bagian integral dari industri otomotif. Seiring pertumbuhan pasar electric vehicle (EV), kita akan melihat peningkatan permintaan dari komponen-komponen tersebut
  • Pemasok Indonesia harus mempertimbangkan pergeseran peran dari pekerja dan evolusi dalam keahlian mereka
  • 70% responden melihat dampak yang signifikan pada bagaimana mereka mengatur tenaga kerja dan izin usaha organisasi
  • Banyak perusahaan berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) hingga mendekati net zero, dan menghilangkan sisa emisi yang tidak dapat dihindari

Jakarta, 21 Maret 2022 - Industri otomotif sedang mengalami perubahan revolusioner yang menimbulkan ancaman nyata bagi pemasok. Hal ini telah terjadi untuk sementara waktu tetapi pandemi 2020 semakin mempercepat tren dan menjadi pendorong yang dominan.

Hari ini, PwC Indonesia bekerja sama dengan Gabungan Industri Alat-Alat Mobil dan Motor (GIAMM), merilis PwC Indonesia Automotive Supplier Survey 2021/2022, yang bertujuan untuk menganalisis segmen pemasok otomotif di Indonesia, menilai situasi saat ini, dan memprediksi perkembangan masa depan di sektor tersebut. Survei dilakukan mulai Desember 2021 hingga awal 2022 , dimana perusahaan pemasok utama otomotif di Indonesia sebagai responden. Survei tersebut menjelaskan ringkasan komprehensif dari perspektif dan harapan para pelaku industri dan tantangan yang diantisipasi untuk sektor ini di Indonesia.

Hamdhani Dzulkarnaen Salim, Ketua Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM), menambahkan,“Ketangguhan dan keteguhan yang ditunjukkan industri otomotif Indonesia di tengah gejolak ekonomi akibat pandemi COVID-19, merupakan hal yang sedang dikerjakan oleh seluruh pemangku jabatan industri. Temuan laporan ini menunjukkan bahwa pemasok memiliki keyakinan yang sama dengan produsen mobil bahwa Indonesia adalah pasar yang layak untuk berinvestasi dan memiliki prospek pertumbuhan yang kuat. Gangguan rantai pasokan global dan ancaman ekonomi eksternal yang sedang berlangsung ada di benak banyak pemain industri dan kami melihat mereka merespons dengan mencari alternatif pemasok lokal. Kami memperkirakan bahwa gangguan rantai pasokan dapat berlanjut, tetapi para pemain siap dan mampu beradaptasi dengan tantangan ini. Di tahun-tahun mendatang kita akan melihat tren ini berlanjut, dengan sentimen konsumen yang meminta produsen mobil untuk menyediakan kendaraan yang selaras dengan selera digital modern mereka, dan juga, secara progresif, kebutuhan akan EV sebagai jawaban atas isu keberlanjutan yang diusung oleh pemerintah.”

Sorotan otomotif Indonesia

Dari laporan tersebut, ketika para pemain otomotif mengadopsi rencana bisnis baru, para pemimpin bisnis bertanya-tanya apakah perubahan ini, yang mempercepat tren yang sudah bergerak, akan cepat berlalu atau permanen, pasti ada banyak tantangan ke depan bagi industri pemasok. Pada tahun 2020, industri otomotif Indonesia mengalami penurunan total volume industri sebesar 48,4% sedangkan pada tahun 2021, industri otomotif Indonesia mengalami rebound yang kuat sebesar 36,3%. Data pasar menunjukkan, setidaknya 58% responden melaporkan bahwa, dibandingkan dengan pendapatan untuk tahun 2020, mereka melihat pendapatan di tahun 2021 meningkat lebih dari 30%. Secara keseluruhan, hanya 10% responden yang menunjukkan bahwa pendapatan mereka menurun dari tahun 2020.

Sementara Indonesia masih terus mengatasi tantangan ekonomi dan kesehatan dari pandemi COVID-19, namun belanja konsumen diharapkan dapat meningkat di tahun-tahun mendatang, yang akan berdampak positif pada Original Equipment Manufacturers (OEM) dan pemasok otomotif. Responden menunjukkan bahwa mereka sangat mengharapkan pendapatan tumbuh di tahun berikutnya.

Hendra Lie, Automotive Industry Leader di PwC Indonesia,berkomentar, “Industri otomotif Indonesia tidak terlepas dari transformasi, dan keberhasilan sektor ini ke depannya merupakan kunci bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Kami menemukan bahwa 85% responden optimis atau sangat optimis tentang masa depan meskipun ada COVID-19 dan bahwa stabilitas permintaan dan kemungkinan bahwa pertumbuhan dapat mendorong industri otomotif maju. Optimisme ini bisa berubah, sebagai contoh, apabila adanya ledakan inflasi global dan kenaikan suku bunga di negara-negara yang memberikan efek knock-on pada ekonomi Indonesia

Pergeseran permintaan EVs

Menurut PwC Annual Global CEO Survey tahun 2022, para eksekutif optimis tentang prospek ekonomi mereka di tahun ini sementara 46% CEO dalam industri otomotif menyoroti bahwa mereka berbenturan dengan kekurangan komponen, terutama untuk semikonduktor. Dikarenakan pasar EV yang terus tumbuh di tahun-tahun mendatang, akan terjadi perluasan permintaan untuk komponen sesuai target. Pergeseran ke mobilitas listrik ini akan membutuhkan pemasok suku cadang untuk memasok produk yang memenuhi permintaan. Namun, dalam konteks Indonesia, adopsi EV lebih lambat daripada di pasar lain, tetapi para pelaku industri bersiap untuk masa depan di mana kendaraan ini memainkan peran yang lebih menonjol di pangsa pasar.

Teknologi yang Muncul untuk mendukung Industri 4.0

Adopsi teknologi canggih, termasuk otomatisasi, robot, big data, dan solusi smart factory, akan membantu pemain otomotif mencapai keunggulan kompetitif. Pergeseran peran pekerja akan menjadi sesuatu yang perlu dipertimbangkan, dan akan membutuhkan evolusi dalam keahlian. Dengan teknologi yang menawarkan solusi yang lebih efisien untuk banyak tugas, pekerja dapat menemukan diri mereka dikerahkan ke area lain. Persaingan untuk ahli teknis di sektor pasokan otomotif akan terus berlanjut dan bahkan meningkat, dengan banyak pemain melihat kebutuhan untuk menyesuaikan keahlian pekerja dengan teknologi yang muncul.

Ketika integrasi digital menjadi lebih tertanam dalam proses produksi dan produk akhir (khususnya di EV), responden mencatat bahwa solusi teknologi juga menimbulkan ancaman bagi perusahaan mereka. Ancaman dunia maya sedang berlangsung dan berkembang, dan perusahaan menggunakan berbagai strategi untuk menjadi lebih tangguh di dunia maya.

Jaringan mesin dan proses yang canggih dan interaktif, yang dibangun di atas kerangka kerja penggunaan data dan pembelajaran mesin yang efektif, akan berdampak signifikan terhadap operasi para pemain industri otomotif di masa depan. Dilihat sebagai keunggulan kompetitif, memanfaatkan teknologi yang muncul ini dapat membantu produsen efisiensi biaya sambil meningkatkan kapasitas output.

Hendra Lie juga menyatakan bahwa, “Di Indonesia, kami melihat bahwa 23% responden telah menerapkan teknologi tersebut ke dalam proses produksi mereka, sementara 19% lagi akan berinvestasi dalam teknologi tersebut dalam dua tahun ke depan. Mengkonfirmasi pernyataan mengenai R&D dan inovasi, 34% responden mencatat bahwa pendekatan mereka terhadap Industri 4.0 akan ditangani di divisi terkait.”

Pemberlakuan Omnibus Law

Responden melihat dampak Omnibus Law di bidang pengelolaan tenaga kerja, urusan bisnis, pajak, dan keputusan perdagangan.

“Sejak diberlakukannya Omnibus Law, banyak perusahaan yang melihat bisnisnya terkena dampak. Responden melihat bahwa undang-undang ini, di lebih dari 70% kasus, memiliki dampak yang signifikan atau terbatas pada bagaimana mereka mengatur tenaga kerja dan izin usaha di organisasi mereka. Sangat sedikit organisasi yang tidak melihat adanya dampak dari undang-undang pada dua aspek ini. Sementara itu, lebih dari 50% responden menyatakan bahwa undang-undang juga berdampak positif pada kemampuan mereka untuk terlibat dalam investasi dan proyek strategis nasional,” ungkap Hendra.

Keberlanjutan

Indonesia berkomitmen untuk menjadi negara net zero pada tahun 2060. Lebih dari 70% dari semua responden menunjukkan bahwa mereka sedang bekerja atau telah membuat komitmen untuk menjadi carbon neutral atau net zero.

Produsen, seperti industri pencemar lainnya, berada di bawah tekanan yang meningkat dari pemerintah, investor, klien, dan masyarakat untuk mengadopsi metode operasional yang lebih selaras dengan metrik lingkungan, sosial, dan corporate government (ESG) dan banyak perusahaan berkomitmen untuk mengurangi GRK emisi mendekati nol, dan menghilangkan sisa emisi yang tidak dapat dihindari.

 

Tentang PwC Indonesia
PwC Indonesia terdiri dari KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan, PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory, PT Prima Wahana Caraka, PT PricewaterhouseCoopers Consulting Indonesia, dan Melli Darsa & Co., Advocates & Legal Consultants, masing-masing sebagai entitas hukum dan firma anggota yang terpisah, dan semuanya secara bersama-sama membentuk firma anggota Indonesia dari jaringan global PwC, yang secara bersama-sama disebut sebagai PwC Indonesia.

Tentang PwC
Di PwC, kami bertujuan membangun kepercayaan dalam masyarakat dan memecahkan masalah-masalah penting. Kami adalah jaringan firma yang terdapat di 156 negara dengan lebih dari 295.000 orang yang berkomitmen untuk memberikan jasa assurance, advisory dan pajak yang berkualitas. Temukan lebih banyak informasi dan sampaikan hal-hal yang berarti bagi Anda dengan mengunjungi situs kami di www.pwc.com.

PwC merujuk pada jaringan PwC dan/atau satu atau lebih firma anggotanya, masing-masing sebagai entitas hukum yang terpisah. Kunjungi www.pwc.com/structure untuk informasi lebih lanjut.

© PwC 2022. Hak cipta dilindungi undang-undang.

 

Contact us

Cika Andy

External Communications, PwC Indonesia

Tel: +62 21 509 92901

Follow PwC Indonesia