Bagaimana Indonesia dapat menghadapi tantangan ekonomi 2023?

PwC Indonesia merilis laporan Indonesia Economic Update - Q1 2023

Jakarta, 9 Maret 2023 - Perekonomian dunia diproyeksikan akan mengalami guncangan di tahun 2023. Namun hal ini tidak berlaku bagi negara-negara berkembang di Asia seperti China, India, dan Indonesia, yang diproyeksikan hanya akan mengalami perlambatan di tahun ini. 

Hari ini, PwC Indonesia merilis PwC Indonesia Economic Update - Q1 2023, publikasi yang memberikan analisis tren dan tantangan kondisi perekonomian Indonesia. Selain itu, laporan ini juga membahas dinamika ekonomi global terkini dan dampaknya terhadap Indonesia.

Nick Forrest, PwC Global Economics Network Leader, menyampaikan, “Melihat ke tahun 2023, kami memperkirakan ekonomi global akan mengalami perlambatan meskipun dapat terhindar dari resesi global. Kami memproyeksikan ekonomi global tumbuh sebesar 1,9% pada tahun 2023, atau sedikit lebih tinggi dari rata-rata tren jangka panjangnya di angka sekitar 3,5%. Mayoritas negara G20 akan mengalami kondisi keuangan yang lebih ketat karena konsumen, dunia bisnis, dan pemerintah akan merasakan dampak kenaikan suku bunga. Selanjutnya, ekonomi dunia akan memasuki fase baru globalisasi dengan meningkatnya persaingan strategis di antara negara-negara terbesar di dunia. Dalam skala yang lebih luas, hal ini mencakup pemulihan beberapa sektor ekonomi secara bertahap, dan seiring dengan itu menopang sektor-sektor lainnya dengan penyesuaian pada rantai pasokan antar negara."

Julian Smith, PwC Indonesia Investment Director, menyatakan, “Laporan ini mengungkapkan bahwa memasuki tahun 2023, ekonomi global diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan dibandingkan tahun 2022. Di antara negara-negara ekonomi berkembang di Asia, di 2023 India diperkirakan akan menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di G20 (5,4%), diikuti Indonesia (4.8%), dan Tiongkok (4,7%). Bagi Indonesia, angka ini lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2022 di 5.3%. Namun demikian, Pemerintah Indonesia tampak siap memitigasi potensi dampak buruk dari ketidakpastian ekonomi dengan terus mendorong investasi dan menegaskan komitmen menuju transisi hijau. Pertumbuhan ekonomi akan relatif terjaga di tahun 2023, melihat performa ekspor, investasi, dan belanja rumah tangga yang kuat sepanjang tahun 2022.”

Julian menambahkan, “Kontributor pertumbuhan ekonomi yang paling signifikan berasal dari konsumsi yang tetap bertumbuh di tahun 2022, dan secara konsisten menyumbang lebih dari 50% PDB Indonesia selama sepuluh tahun terakhir. Pemerintah juga relatif berhasil menjaga daya beli masyarakat dari inflasi global dengan berbagai subsidi termasuk BBM dan listrik, dikombinasikan dengan kebijakan moneter yang akomodatif. Berdasarkan hal ini, kami memproyeksikan konsumsi domestik tetap kuat.”

Denny Irawan, Head of Economic and Research PwC Indonesia, menambahkan, “Kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 sebesar 4.8%, dan inflasi berada pada 4.0%. Proyeksi ini berada di batas atas target inflasi Bank Indonesia sebesar 2-4%. Melihat kembali ke tahun 2022, pemerintah terus menjaga konsumsi dari inflasi global diantaranya dengan memberikan berbagai subsidi, termasuk bahan bakar, listrik dan bantuan sosial. Dengan inflasi sudah melewati puncaknya secara global dan bank sentral di seluruh dunia tetap berhati-hati, kami perkirakan konsumsi domestik Indonesia akan tetap kuat. Upaya terkoordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter sangat penting untuk mempertahankan daya beli.”

Di sisi lain, anggaran pemerintah (APBN) sangat penting dalam menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia. Harga komoditas yang tinggi memiliki dampak ganda terhadap anggaran fiskal Indonesia. Harga komoditas yang tinggi, terutama bahan bakar minyak (BBM) berdampak negatif, karena pemerintah perlu membayar lebih banyak subsidi. Namun, di sisi lain, hal ini juga membawa pemasukan tambahan bagi pemerintah karena ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas (batubara dan kelapa sawit), dimana pemerintah menarik bea maupun pajak penghasilan dari ekspor komoditas tersebut. Kami memperkirakan anggaran pemerintah akan tetap kuat pada tahun 2023, dan karena itu kami melihat pemerintah akan sanggup melanjutkan program-program pro-pertumbuhan dan pro-penciptaan lapangan kerja serta melanjutkan subsidi untuk melindungi konsumsi dan mengendalikan inflasi.

Di jangka pendek, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 (4,8%) diperkirakan menurun dibandingkan tahun 2022 utamanya disebabkan tekanan inflasi masih berlanjut. Ekspektasi inflasi yang tinggi dan pengetatan kebijakan moneter yang agresif berpotensi menurunkan konsumsi rumah tangga dan menggerus profitabilitas dunia usaha pada tahun 2023. Perlambatan pertumbuhan ekspor sangat mungkin terjadi seiring perlambatan pertumbuhan global, meskipun ekspor komoditas utama Indonesia (yaitu batubara, minyak sawit, dan nikel) kemungkinan besar akan tetap terjaga selama perang Ukraina berlanjut. Risiko penurunan, termasuk lemahnya permintaan global, arus keluar modal, tekanan mata uang, dan kondisi keuangan global yang ketat, di jangka menengah berpotensi menghambat momentum pertumbuhan dari tahun 2025 dan seterusnya.

Prof. Bambang Brodjonegoro, Ph.D., Senior Economist, menyatakan, “Pemerintah Indonesia perlu meningkatkan fundamental ekonomi makro untuk memenuhi target jangka panjang menjadi negara berpendapatan tinggi di 2045. Bappenas menargetkan perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,1% hingga 5,7% per tahun dari tahun 2016 hingga 2045. Angka pertumbuhan Indonesia di tahun 2022 sejalan dengan target jangka panjang Bappenas. Meskipun sayangnya Indonesia gagal memenuhi target yang diharapkan selama pandemi COVID-19 pada tahun 2020 dan 2021.”

Bambang juga menyatakan, “Untuk merealisasikan potensi ekonomi dalam jangka panjang, pemerintah Indonesia harus melakukan investasi yang berkelanjutan dan efektif di bidang pendidikan dan infrastruktur. Hal krusial lainnya adalah pentingnya memanfaatkan bonus demografi Indonesia yang besar, memanfaatkan potensi kemajuan teknologi, dan peningkatan daya saing ekonomi, untuk menciptakan iklim usaha yang aman dan andal bagi bisnis untuk beroperasi.”

Catatan untuk editor

PwC Indonesia Economic Update adalah laporan yang dikeluarkan oleh PwC Indonesia yang menganalisis tren perekonomian global dan Indonesia. 

Tentang PwC Indonesia

PwC Indonesia terdiri dari KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan, PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory, PT Prima Wahana Caraka, PT PricewaterhouseCoopers Consulting Indonesia, dan PwC Legal Indonesia, masing-masing sebagai entitas hukum dan firma anggota yang terpisah, dan semuanya secara bersama-sama membentuk firma anggota Indonesia dari jaringan global PwC, yang secara bersama-sama disebut sebagai PwC Indonesia.

Tentang PwC

Di PwC, kami bertujuan membangun kepercayaan dalam masyarakat dan memecahkan masalah-masalah penting. Kami adalah jaringan firma yang terdapat di 152 negara dengan lebih dari 328.000 orang yang berkomitmen untuk memberikan jasa assurance, advisory, dan pajak yang berkualitas. Temukan lebih banyak informasi dan sampaikan hal-hal yang berarti bagi Anda dengan mengunjungi situs kami di www.pwc.com.

PwC merujuk pada jaringan PwC dan/atau satu atau lebih firma anggotanya, masing-masing sebagai entitas hukum yang terpisah. Kunjungi www.pwc.com/structure untuk informasi lebih lanjut.

© PwC 2023. Hak cipta dilindungi undang-undang.

Contact us

Cika Andy

External Communications, PwC Indonesia

Tel: +62 21 509 92901

Follow PwC Indonesia