37% organisasi percaya bahwa mereka “sangat” terekspos terhadap risiko siber, sedikit di bawah risiko inflasi (39%), sementara para pemimpin yang bertanggung jawab mengelola risiko menilai risiko siber lebih tinggi dibandingkan inflasi.
Sebaliknya, hanya 10% responden yang menggunakan analisis tingkat lanjut dan prediktif untuk menyempurnakan dan berinovasi dalam manajemen risiko.
Hampir enam dari sepuluh (57%) mengatakan persiapan investasi di bidang teknologi adalah pemicu terbesar untuk meninjau kembali lanskap risiko mereka. Dibandingkan dengan Indonesia, persentase rencana investasi teknologi jauh lebih tinggi yaitu 69%.
Jakarta, 5 Maret 2024 – Risiko teknologi siber dan digital menjadi kekhawatiran utama bagi pemimpin bisnis pada tahun 2023, meskipun menurut PwC Global Risk Survey 2023, 60% dari mereka melihat GenAI sebagai peluang bagi bisnis.
Lebih dari 3.900 pemimpin, mulai dari dewan direksi dan C-suite serta di bidang teknologi, operasional, keuangan, risiko, dan audit, melakukan survei di tahun 2023 dengan temuan yang menunjukkan bahwa 39% responden merasa terpapar risiko inflasi dan risiko siber sebesar 37%, disusul konflik geopolitik di posisi ketiga sebesar 33%.
Respons yang sedikit berbeda diberikan oleh responden Indonesia, yang mana tiga ancaman terbesar pada tahun 2023 adalah inflasi sebesar 30%, risiko siber sebesar 25%, serta risiko kesehatan dan perubahan iklim masing-masing sebesar 22%. Persentase ini menunjukkan bahwa responden Indonesia juga terpapar risiko perubahan iklim.
Yuliana Sudjonno, Risk Assurance and Sustainability Leader, PwC Indonesia, mengatakan “Perusahaan harus mulai mengumpulkan data sejak dini serta memanfaatkan kekuatan teknologi untuk meningkatkan penerapan manajemen risiko yang efektif agar dapat terus berkembang dan berinovasi. Selain itu, kesadaran risiko yang kuat di setiap lini dalam organisasi serta kemampuan multidisiplin yang beragam akan sangat penting untuk mengubah risiko menjadi faktor pendukung perubahan, pertumbuhan, dan ketahanan.”
Survei ini juga menemukan bahwa seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang beralih ke teknologi terbaru dan sedang berkembang seperti GenAI, machine learning, otomatisasi, keamanan siber, dan cloud untuk mentransformasi sistem mereka, hal ini juga turut memainkan peran penting dalam membentuk eksposur organisasi terhadap risiko.
Sam Samaratunga, Global and UK Head of Risk Services, PwC UK, mengatakan, “Di dunia yang terus-menerus berada dalam kondisi yang dinamis, jelas bahwa organisasi perlu melakukan transformasi, dengan teknologi baru yang sedang berkembang untuk memainkan peran penting dalam transformasi tersebut. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika risiko siber dan digital menjadi perhatian utama pada tahun 2023, karena para pemimpin bertanggung jawab mengelola risiko ini dan menempatkan risiko siber lebih tinggi dibandingkan inflasi. Namun, survei ini menyoroti bahwa jika organisasi tidak mengambil risiko, maka mereka tidak akan mengalami kemajuan. Jadi, jika organisasi ingin bertumbuh, membangun ketahanan, dan mencapai hasil jangka panjang yang berkelanjutan, mereka harus mengikuti jejak 'Pelopor Risiko' – organisasi dengan pendekatan proaktif terhadap risiko, strategi risiko di seluruh perusahaan, dan keselarasan terhadap risiko antar tim.”
GenAI dipandang sebagai peluang, namun juga memicu tinjauan risiko
Perubahan teknologi mengubah agenda risiko dalam bisnis, dengan 57% responden menyatakan bahwa persiapan investasi teknologi dari cloud ke teknologi baru seperti GenAI, merupakan pemicu terbesar bagi sebuah organisasi untuk meninjau lanskap risikonya. Angka ini lebih tinggi dibandingkan organisasi yang melakukan tinjauan dari risiko atas insiden sebelumnya (50%) atau karena memasuki pasar baru (46%). Technology disruptors, mereka yang lebih fokus pada penciptaan nilai dibandingkan perlindungan nilai, juga lebih cenderung dilihat sebagai peluang dibandingkan risiko. Misalnya, 60% responden melihat GenAI sebagai peluang, dibandingkan dengan hanya 35% responden yang melihat perubahan peraturan, atau 28% responden yang melihat gangguan rantai pasokan sebagai sebuah peluang.
Perubahan perspektif juga terjadi di Indonesia ketika 69% responden menyetujui investasi teknologi, terutama ketersediaan fasilitas seperti imigrasi cloud, teknologi baru, dan infrastruktur data. Berikutnya, 64% responden percaya bahwa pengembangan strategi organisasi akan membantu mengatasi risiko ini. Lima puluh persen responden lainnya melihat kemungkinan untuk berekspansi ke pasar yang baru sebagai peluang yang bisa diambil.
Para Pionir Risiko memimpin upaya ini
Risk Pioneers – kelompok organisasi dengan kinerja terbaik, terdiri dari 5% responden survei dan tersebar di seluruh industri – mulai melakukan upaya untuk mengubah risiko menjadi peluang penciptaan nilai. Sebagian besar dari mereka (73% vs 53% dari mereka yang disurvei) cenderung memiliki strategi dan peta jalan teknologi di seluruh perusahaan; mempunyai kemungkinan 1,8 kali lebih besar untuk mengatakan bahwa mereka “sangat percaya diri” dalam menyeimbangkan pertumbuhan dan mengelola risiko; 1,8 kali lebih mungkin melihat GenAI sebagai peluang dibandingkan risiko; dan 1,6 kali lebih mungkin mengambil risiko secara proaktif untuk menciptakan peluang dibandingkan memprioritaskan strategi yang aman atau berisiko rendah. Kelompok ini juga secara signifikan lebih mungkin untuk meningkatkan keterampilan tim internal dalam hal kemampuan terkait risiko dan menunjukkan keselarasan yang lebih besar dengan CEO/dewan mereka mengenai risk appetite (32% menyamai tingkat CEO dan dewan direksi mereka, dibandingkan dengan 22% dari keseluruhan responden).
Pendekatan terhadap risiko yang dipimpin dengan tujuan yang jelas dan otentik dapat membantu organisasi menjadi lebih tangguh dan memandu risiko mana yang harus diterima atau dihindari. Tujuan (Visi, Misi, dan Inisiatif Strategis) akan memberikan sudut pandang strategis yang penting mengenai pilihan suatu risiko lebih merupakan ancaman atau peluang, khususnya seputar isu-isu seperti perubahan iklim, keberlanjutan, rantai pasokan yang beretika, dan penggunaan teknologi baru yang bertanggung jawab seperti teknologi baru contohnya GenAI. 42% responden di Indonesia mengatakan mereka sangat setuju bahwa organisasi mereka menggunakan tujuan dan visi masa depan dalam mengambil keputusan mengenai risiko. Hal ini menunjukkan bahwa responden Indonesia memiliki pemahaman yang baik mengenai risiko teknologi di organisasi mereka.
Menutup kesenjangan
Meskipun terdapat ambisi yang jelas di antara sebagian besar organisasi untuk mengambil pendekatan risiko yang lebih berbasis teknologi, terdapat kesenjangan yang jelas dalam kemampuan dan pelaksanaan ketika hanya satu dari sepuluh (10%) yang sudah menggunakan analisis yang canggih dan prediktif, teknologi mutakhir, dan data untuk mengelola risiko, dan terus menyempurnakan dan berinovasi. Selain itu, banyak dari mereka yang berada pada tahap awal dan pengembangan teknologi/data, hanya 14% yang mengeksplorasi atau baru mulai menggunakan teknologi dan data untuk manajemen risiko, dibandingkan dengan Indonesia yang mencapai 10%, sedangkan kurang dari seperempat (24%) menggunakan teknologi dasar dan data tools untuk manajemen risiko atau telah menetapkan teknologi dan prosedur data untuk manajemen risiko (di mana responden di Indonesia menunjukkan angka yang sedikit lebih tinggi yaitu 26%).
Tentang PwC Indonesia
PwC Indonesia terdiri dari KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan, PT PricewaterhouseCoopers Indonesia Advisory, PT Prima Wahana Caraka, PT PricewaterhouseCoopers Consulting Indonesia, dan PwC Legal Indonesia, masing-masing sebagai entitas hukum dan firma anggota yang terpisah, dan semuanya secara bersama-sama membentuk firma anggota Indonesia dari jaringan global PwC, yang secara bersama-sama disebut sebagai PwC Indonesia. Kunjungi website kami di www.pwc.com/id
Tentang PwC
Di PwC, kami bertujuan membangun kepercayaan dalam masyarakat dan memecahkan masalah-masalah penting. Kami adalah jaringan firma yang terdapat di 151 negara dengan lebih dari 360.000 orang yang berkomitmen untuk memberikan jasa assurance, advisory, dan pajak yang berkualitas. Temukan lebih banyak informasi dan sampaikan hal-hal yang berarti bagi Anda dengan mengunjungi situs kami di www.pwc.com.
PwC merujuk pada jaringan PwC dan/atau satu atau lebih firma anggotanya, masing-masing sebagai entitas hukum yang terpisah. Kunjungi www.pwc.com/structure untuk informasi lebih lanjut.
© PwC 2024. Hak cipta dilindungi undang-undang.