By Yosepha Debrina Ratih Pusparisa
4 Januari 2024
Status pandemi Covid-19 yang bergeser menjadi endemi membuka gerbang baru industri pariwisata. Kualitas pariwisata lebih diutamakan ketimbang kuantitas pergerakan wisatawan.
Pada saat bersamaan, perubahan iklim juga makin terasa dengan cuaca yang sulit terprediksi. Suhu terus meningkat. Risiko-risiko bencana alam yang dahulu dikira mustahil terjadi kini dapat berlangsung kapan saja. Fenomena perubahan iklim ini semakin menjadi kekhawatiran investor dunia. Laporan Survei Investor Global 2023 yang dilakukan PricewaterhouseCoopers (PwC) menunjukkan kekhawatiran akan isu perubahan iklim meningkat dari 22 persen pada 2022 menjadi 32 persen pada 2023.
PwC menyebar survei itu pada 345 investor dan analisis dari 30 negara. Wawancara mendalam juga dilakukan pada 15 profesional yang bergerak pada bidang investasi.
Hal itu juga selaras dengan langkah Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) yang menyatakan bahwa kerangka investasi sektor pariwisata perlu menitikberatkan pada tiga aspek, yakni investasi terhadap manusia, investasi untuk keberlanjutan, dan investasi melalui teknologi serta inovasi.
Isu-isu tersebut pun menggerakkan Pemerintah Indonesia untuk menumbuhkan wisata berkelanjutan (sustainable tourism)yang berkaitan erat dengan wisata hijau (green tourism). Pada 2024, model wisata ini diprediksi akan makin digandrungi.
”Ada kekhawatiran tentang perubahan iklim sehingga fasilitas pariwisata, seperti hotel, sudah seharusnya bisa mengacu pada ekonomi hijau,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dalam Indonesia Tourism Outlook 2024 di Jakarta pada November lalu.
Indonesia dengan kekayaan alam serta keanekaragaman budaya berpotensi tinggi dalam pengembangan pariwisata hijau. Hal ini diperkuat dengan kontribusi sektor energi terbarukan yang menyumbang besaran investasi tertinggi secara global selama empat tahun terakhir.
”(Green tourism)ini menjadi peluang dan daya tarik kita, dan memang harus ada komitmen pembangunan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan,” kata Sandiaga.
Data Kemenparekraf menunjukkan, faktor pengembangan destinasi pariwisata yang berkualitas dan inovatif dapat mendongkrak pertumbuhan industri pariwisata Indonesia pada tahun depan. Perjalanan berkelanjutan, pengalaman budaya, serta kebugaran digadang-gadang menjadi tren wisata selanjutnya.
Permintaan wisata berkelanjutan
Pengenalan konsep pariwisata berkelanjutan menambah kepercayaan diri pemerintah untuk meningkatkan target kinerja sektor ini. Nilai devisa pariwisata ditargetkan mencapai 7,38 miliar dollar AS hingga 13,08 miliar dollar AS pada 2024. Sementara itu, kontribusi pariwisata pada produk domestik bruto (PDB) naik dari 4,1 persen pada 2023 menjadi 4,5 persen pada 2024. Adapun penyerapan tenaga kerja pariwisata naik dari 21,93 juta orang pada 2023 menjadi 22,08 juta orang pada 2024.
Menurut Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf Agustini Rahayu, business and leisure atau perpaduan bisnis serta berlibur akan makin digandrungi pada tahun ini. Orang-orang dapat melakukan perjalanan bisnis sembari berlibur.
Tren lainnya adalah wisata perawatan diri (wellness tourism)serta pencarian pengalaman budaya otentik (cultural immersion). Prediksi ini tak terlepas dari pengalaman tahun sebelumnya. Pada 2023 jumlah wisatawan alam dan kuliner naik 10 persen dibandingkan 2019.
Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Hariyadi Sukamdani berpendapat, wisata berkelanjutan erat kaitannya dengan pariwisata berwawasan lingkungan. Hal ini tak lepas dari upaya untuk meminimalkan jejak karbon (zero carbon footprint).
”Nah, semua itu bisa terjadi asal program-program untuk membangun kesadaran masyarakat, pengelolaan lingkungan itu bisa berjalan efektif,” ujarnya pada Sabtu (23/12/2023).
Langkah-langkah sederhana yang tampak sepele justru dapat berimbas positif pada kemajuan pariwisata dalam negeri, seperti kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, sehingga tak berceceran.
Ia meyakini wisata hijau akan menjadi tren baru. Hanya saja, hal itu perlu dibarengi dengan edukasi terkait lingkungan pada masyarakat.
Tren wisata ini tak akan berjalan jika konsumen atau wisatawan tak memahami konsep berkelanjutan. Namun, kini, mereka yang sadar akan masalah-masalah kelestarian lingkungan juga makin tinggi. ”Artinya dari konsumen meningkat demand-nya, dari sisi pelaku (wisata) juga otomatis akan menyesuaikan,” kata Hariyadi.
Berdasarkan laporan Perjalanan Berkelanjutan 2022 yang dirilis Booking.com, salah satu lokapasar terbesar dunia, konsep berkelanjutan dinilai penting bagi para wisatawan dunia. Setidaknya 4 dari 5 wisatawan atau 81 persen responden mengakui hal tersebut.
Sebagian dari mereka atau 50 persen wisatawan global mengatakan, berita-berita terkait perubahan iklim memengaruhi mereka untuk melakukan perjalanan berkelanjutan. Hal ini diikuti pula dengan naiknya keinginan wisatawan menerapkan konsep tersebut.
Sebanyak 46 persen pelaku perjalanan global telah tinggal pada akomodasi berkelanjutan setidaknya sekali dalam setahun terakhir. Pilihan ini dilatarbelakangi sejumlah alasan, antara lain keinginan mengurangi dampak negatif pada lingkungan (41 persen), keinginan memiliki pengalaman lokal yang lebih relevan (33 persen), serta keyakinan properti berkelanjutan akan mendorong perlakuan yang lebih baik bagi komunitas (31 persen).
Booking.com menyebar survei pada 30.314 responden dari 32 negara. Mereka berusia minimal 18 tahun dan adalah pengambil keputusan primer ketika berwisata. Survei ini dilakukan secara daring pada Februari 2022.
Sebagian pelaku perjalanan meyakini, melindungi dan mempelajari budaya-budaya lokal merupakan bagian dari wisata berkelanjutan. Filosofi regeneratif ini pada akhirnya akan memengaruhi pengambilan keputusan wisatawan. Dengan menciptakan dan menawarkan lebih banyak opsi keberlanjutan, sebuah keniscayaan membentuk peluang-peluang baru yang berdampak positif untuk menciptakan kepuasan perjalanan.
Tak sedikit wisatawan yang berharap, pada akhirnya mereka dapat berkontribusi kembali pada komunitas lokal. Mereka juga tak segan untuk membayar lebih guna memastikan masyarakat setempat diuntungkan atas kedatangannya.