PwC Ungkap Alasan Pola Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Swa Online

14 April 2023

 

Seiring berjalannya tahun 2023, faktor internal dan eksternal yang signifikan memberikan lebih banyak tekanan pada konsumen dan bisnis sehingga dapat menciptakan tekanan yang dapat menghalangi bisnis dan membatasi pengalaman konsumen. Terdapat perubahan pola pembelian yang dilakukan konsumen dan mengurangi biaya hidup sebagai dampak dari kekhawatiran inflasi dan lingkungan ekonomi makro yang memburuk.

Berdasarkan catatan Global Consumers Insights Pulse Survey 5 akibat krisis biaya hidup terus meningkat secara global dan di Indonesia, konsumen semakin khawatir dengan situasi keuangan pribadi mereka. Lima puluh persen konsumen global 'sangat' atau 'sangat khawatir' dengan situasi keuangan pribadi mereka, sedangkan di Indonesia jumlahnya lebih tinggi (74%). Hal ini mengakibatkan konsumen secara drastis menyesuaikan pengeluaran biaya hidup dengan mayoritas (69%) konsumen global “menahan” pengeluaran yang tidak penting. Sementara itu, persentase konsumen Indonesia yang menahan lebih rendah yaitu 63%, ini masih mewakili tiga dari lima konsumen Indonesia.

Dalam survei tersebut, terdapat pandangan konsumuen Indonesia tentang tren perilaku dan rencana belanja mereka. Peningkatan biaya hidup saat ini telah menurunkan perilaku konsumen, dengan sebagian besar konsumen Indonesia berniat untuk mengurangi pembelian dalam waktu enam bulan mendatang di semua sektor ritel, dengan pemotongan terbesar diantisipasi di sektor fesyen, peralatan elektronik, dan barang mewah.

Terdapat stabilitas yang terlihat pada perilaku konsumen Indonesia di mana mayoritas lebih memilih untuk mempertahankan kebiasaan berbelanja mereka saat ini, kembali ke kondisi sebelum COVID-19, dan konsumen mulai kembali berbelanja langsung di toko. Gangguan rantai pasokan terus memengaruhi perilaku berbelanja. Lebih dari sepertiga konsumen Indonesia menyebutkan tingginya biaya pengiriman online dan waktu pengiriman yang lama sebagai faktor 'penarik' dan mereka juga ingin 'menyentuh dan merasakan' produk secara langsung di toko.

Meskipun konsumen cenderung akan kembali ke toko, antrian yang lebih besar dan lokasi toko yang padat (48%) serta keterbatasan pengurangan ragam produk (43%) tampaknya memiliki dampak terbesar pada pengalaman pembelian konsumen di toko. Para pelaku industri berkewajiban untuk memenuhi ekspektasi konsumen yang terus berubah, secara online ataupun fisik. Semakin banyak konsumen yang mengatakan bahwa mereka ingin pengalaman belanja fisik ditingkatkan, difasilitasi atau dimediasi oleh teknologi digital yang dapat disebut phygital.

“Konsumen Indonesia sebagian besar berbelanja di berbagai situs untuk membandingkan dan memeriksa ketersediaan produk. Mereka juga membutuhkan penjual yang dapat membantu dan memiliki pengetahuan produk, serta integrasi teknologi dalam pengalaman berbelanja di toko,"ujar Peter Hohtoulas, PwC Indonesia Tax & Legal Services Advisor dikutip dalam keterangan tertulis, Jumat (14/04/2023).

Adopsi Metaverse sebagai kanal berbelanja masih dalam tahap awal dan saat ini kurang dimanfaatkan di Indonesia (dan secara global). Hampir satu dari empat konsumen Indonesia telah menggunakan Metaverse dalam enam bulan terakhir untuk hiburan, pengalaman virtual, atau bereksperimen dengan produk. Penggunaan Metaverse akan terus berkembang terutama karena teknologi yang akan maju dan pelaku industri perlu mulai memikirkan pengembangan Metaverse di organisasi mereka.

Sementara itu, seiring volume belanja online yang terus meningkat, konsumen semakin khawatir dengan privasi data. Di Indonesia, sepertiga konsumen mengatakan sangat khawatir saat berinteraksi dengan perusahaan media dan media sosial. Meskipun hanya 26% yang mengatakan bahwa mereka sangat khawatir saat berinteraksi dengan perusahaan konsumen, kekhawatiran tetap ada dan pelanggaran privasi data dapat berdampak signifikan. Hasilnya, lebih dari separuh konsumen (67%) mengatakan bahwa mereka tidak memberikan lebih banyak data pribadi daripada yang seharusnya, 43% menolak opsi saat diberikan persyaratan privasi data.

(Audrey Aulivia W & Eva Martha Rahayu)

Follow PwC Indonesia